THE FAKE – 3th level

Author’s Note:

Hikari itu nama jepangnya Hyekyo.

Buat Beta-Reader, aku pinjam nama seseorang di sini 😀

THE FAKE 1st

THE FAKE 2nd

06.30 PM

Hyekyo’s POV

“Aku tidak menyangka kita akan bertemu lagi,” ucapnya dengan langkah ringan menghampiriku yang berdiri mematung didepan pintu keluar Ballroom.

“Aku tidak mengenalmu,” ujarku dingin.

Aih cukup sudah. Aku sudah bertemu seseorang didalam yang tadinya membuat aura membunuhku memuncak dan kenapa aku sekarang harus bertemu dengan namja ini.

Henry sekarang sudah berdiri di depanku dan menyandarkan tubuh dipilar gedung  disampingnya. Ia tertawa menyerigai ke arahku.

“Kau tidak mengenalku?” ia menaikan sedikit alisnya,”Bukankah kita baru saja bertemu beberapa hari yang lalu?”

‘Sial, ia mengenaliku’

Aku hanya memundurkan tubuhku sedikit ke belakang namun masih dengan wajah tidak bersalah menatap Henry.

“Ternyata yeoja berandalan sepertimu memiliki cukup nyali untuk datang ke pesta pernikahan mewah seperti ini,” lanjutnya lagi.

“Cukup, Henry-ssi. Kalau kau masih ingin melihat hari esok, silahkan tutup mulut besarmu itu!” aku berjalan melintas disampingnya dan dengan nada sinis aku berbisik ditelinga Henry. Aku pergi meninggalkannya yang sekarang berganti berdiri mematung karena ucapanku.

Aku melirik sekilas kearah jam tangan yang aku pakai. Yak! Gangguan kecil itu menyebabkan waktuku terbuang sia-sia.

*

Henry’s POV

“Kenapa kau lama sekali?”

Aku menatap Amber yang sudah memasang raut wajah cemberut kepadaku.

“Aku tadi ada urusan sebentar di luar,” jawabku sekenanya tanpa rasa bersalah.

Aku mengambil segelas minuman yang disodorkan waiter kepadaku. Aku dan Amber sekarang sedang berada di pesta pernikahan kenalan Ayah Amber. Ia mengajakku terbang ke Kanada tadi pagi. Karena jadwalku memang kebetulan kosong jadi aku mau saja menemaninya. Aku memfokuskan mataku ke arah Joseph, ayah Amber yang sedang berdiri di tangah ruangan bersama—seorang yang aku tahu itu—Presiden Kanada.

“Henry!” Amber mendadak mengibaskan tangannya di depan wajahku.

“Kenapa?” ujarku gelagapan.

“Kenapa kau melamun?” ia memandangku dengan heran,”Ayo, aku akan mengenalkanmu kepada Daddy,”

Amber menarik tanganku cepat dan aku hanya menurut saja dengan apa yang ia paksakan. Malam ini ia menggunakan celana jeans biru dengan jaket baseball dengan warna senada. Sangat kontras denganku yang menggunakan setelan jas seperti ini. Aku hanya bisa menghela nafas berat. Amber yang seperti namja. Kenapa ia sangat berbeda dengan seseorang yang aku temui dulu?

“Daddy!” Amber langsung bergelayut manja dilengan Ayahnya. Aneh sekali yeoja ini. Ia sangat tomboy dan terlihat keras kepala, namun di saat ia sedang bersama kedua orangtuanya ia akan berubah menjadi sangat manja.

Ternyata Presiden Kanada yang aku perhatikan bersama Ayah Amber tadi sudah memisahkan diri dan menjamu tamu yang lain. Sekarang hanya ada Ayah Amber dan dua orang laki-laki paruh baya yang aku tafsirkan adalah rekan bisnis  Ayah Amber. Mereka menggunakan setelan Jas yang sangat rapi dan yah, berkelas. Aku membungkuk singkat dan tersenyum untuk menghormati mereka semua.

Amber terlihat membisikkan sesuatu ditelinga Ayahnya dan kemudian ekspresi Ayahnya tampak sedikit terkejut.

“Kau tidak bercandakan?” Ayah Amber memandang anaknya dengan ragu.

Amber mengangguk pasti,”Nah, laki-laki yang beruntung itu adalah Henry, Daddy. Dia kekasihku.”

Aku tersenyum melihat ekspresi Amber yang terlihat sangat bersemangat,”Henry Lau, Paman. Salam kenal.”

“Jadi benar kau kekasih anakku? Dan kalian akan segera bertunangan?”

Aku membelalakkan mataku.

*

“Maafkan aku. Kau marah?” Amber berjalan cepat mensejajari langkahku. Aku tidak mengacuhkannya dan masuk kedalam mobil.

“Henry! Buka pintu mobilnya!” teriaknya dari luar,”Biarkan aku masuk!”

Aku membuka jendela mobil sedikit dan memandang tajam kearahnya.

“Kau masuklah kembali kedalam. Aku hanya perlu menenangkan pikiranku,” ujarku dengan nada sedikit ragu dengan apa yang baru saja aku katakan,”Maafkan aku.”

Aku menyalakan mesin mobil dan meninggalkan Amber yang kesal karena penolakanku tadi.

‘Aku tidak tahu apa yang terjadi kepadaku. Tapi entah kenapa beberapa hari ini aku menjadi ragu kepadanya, seperti ada sesuatu hal lain yang menggangguku’

*

12.12 PM

Hyekyo’s POV

“Apa kau menikmati perjalananmu ke Kanada?” Paman Jasson membuka suara saat aku menghempaskan tubuhku di sofa ruang tengah rumahnya.

Paman Jasson sudah menurunkan buku yang sedang dibacanya dan memandangku dengan penuh minat. Aku menegakkan posisi tubuhku dan memandang Paman Jasson dengan tajam.

“Paman menjebakku?” bukan suara bernada pertanyaan yang aku lontarku. Aku berujar dengan tegas,”Aku seharusnya tahu di sana pasti ada Joseph Liu.”

Paman Jasson tertawa dan melipat kedua tangan di dadanya,”Aku hanya melatihmu untuk mengenali musuh, Hikari.”

“Benarkah? Asal paman tahu, aku hampir saja menembaknya hidup-hidup disana,” aku  menyadarkan kembali tubuhku ke sofa dan mendongakkan wajahku ke atas. Pikiranku menerawang jauh mengingat pertemuan singkatku dengan Henry tadi di pesta penikahan itu.

“Aku tahu, kau tidak mempunyai cukup  keberanian untuk membunuh Joseph,” aku mendengar Paman Jasson tertawa renyah,”Membunuh Joseph di pesta pernikahan Presiden Kanada, aku rasa itu bukan ide yang bagus,”

“Kau boleh menginap disini,”

Aku menolehkan wajahku ke arah Paman Jasson yang sudah berdiri dan berjalan menuju tangga.

“Besok pagi-pagi sekali aku akan mengajakmu ke suatu tempat,” ujarnya lagi ketika sudah menaiki satu anak tangga,”Kau membawa baju gantikan? Aku melihatmu sangat risih sekali dengan gaun yang kau kenakan itu,”

Aku langsung memandang ke arah pakain yang aku kenakan. Ya, ketika meninggalkan Ballrom tadi aku langsung pergi ke bandara dan kembali ke Korea. Aku memang membawa pakaian ganti tapi aku tidak sempat menggantinya. Ketika tiba di Korea pun aku langsung meminta supir taksi mengantarkan ku ke kediaman Paman Jasson karena ia memang meminta begitu. Paman Jasson itu seperti sudah meramalkan semuanya. Pertemuanku dengan Joseph Liu, musuh besarku. Pertemuanku dengan Henry, aku merasa ia pasti bisa mengetahuinya dan aku tidak bisa memikirkan besok ia akan mengajakku kemana.

Aku memandang ke arah tangga yang sekarang sudah kosong. Nampaknya Paman Jasson sudah masuk kedalam kamarnya. Aku pun bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar yang biasa yang aku gunakan untuk menginap dirumah ini sembari menyampirkan tas ransel milik ku yang tadinya aku bawa ke Kanada.

*

03.47 AM

“Pama-“

“Kemudikan saja dan ikuti GPS yang aku tunjukan tadi. Aku tidak ingin kau banyak bertanya,”

Paman Jasson memotong ucapanku dengan nada dingin seperti biasanya. Aku menoleh ke samping dan mendapatinya sudah memejamkan mata menikmati hembusan angin yang masuk lewat jendela mobil yang ia buka lebar.

‘Apa-apaan Paman ini? Ia tadi malam mengatakan akan mengajakku pergi pagi-pagi sekali, bukan dini hari seperti ini’

Aku memandang langit yang masih gelap gulita dari balik kaca mobil. Aku kemudian menoleh kearah layar LCD di dashboard yang menampilkan peta luar kota Seoul. Tempat yang dimaksud Paman Jasson letaknya sejauh 260 km dari tempat kami sekarang berada. Untung saja, mobil yang kami gunakan sekarang adalah mobil yang baru saja dibeli Paman Jasson beberapa bulan yang lalu dan bukan salah satu dari mobil tua koleksinya. Karena jalanan masih sangat lenggang, aku memacu mobil dengan lebih cepat. Jalanan kosong didepanku ini seperti arena balapan yang sering aku jajal. Aku ingin melihat berapa lama aku bisa menaklukkan jarak sejauh itu.

*
05.10 AM

“Sudah sampai?” Paman Jasson membuka matanya dan menguap lebar.

Aku mengangguk tanda mengiyakan dan membuka pintu mobilku melihat dimana aku berada sekarang. Aku menebak ini ada di kaki sebuah pergunungan karena banyak pohon dipuncak tebing yang ada di hadapanku. Aku melihat jalan setapak di depanku dan menanjak ke atas. Ada pagar pembatas di depan mobil yang aku parkir, nampak dari sana kota Seoul dari kejauhan. 260 km, akan tetapi aku merasa seperti memutar dijalan yang sama sejak dua jam yang lalu. Aku membalikan tubuhku dan melihat Paman Jasson keluar menggunakan tongkat. Tongkat? Aku mengucek kedua bola mataku dan meyakinkan diri dengan apa yang aku lihat barusan.

“Peraturan pertama, kau tidak boleh bertanya. Kedua, ikuti dan patuhi saja semua perintahku,” Paman Jason berjalan dengan sedikit tertatih menuju jalan setapak yang aku lihat tadi. Memang benar kan? Paman Jasson itu seperti bisa menebak isi pikiranku. Aku hanya menghela nafas berat dan merapatkan jaket tebal yang aku pakai. Udara disini dingin sekali. Aku berjalan dan mengikuti Paman Jasson dari belakang.

‘Memangnya ia akan mengajak ku kemana?’

*

Aku mengedarkan pandanganku. Sudah hampir satu jam kami berjalan mendaki dan melewati beberapa jurang curam. Paman Jasson tidak berbalik satu kalipun untuk mengecek keberadaanku dibelakangnya ataupun menanyakan apakah aku lelah. Matahari sudah terbit dengan sepenuhnya. Aku sedikit tertinggal dan Paman Jasson sudah berbelok ke arah kanan. Bukankah itu adalah jalan buntu dan mengarah ke jurang yang aku lihat dari bawah tadi?

Aku hampir berlari untuk memperingatkannya.Ketika aku membelok, langkah ku langsung terhenti dan mataku terbelalak kaget.

‘Ini?’

*

Henry’s POV

Aku menutup pintu mobil dengan sedikit terburu-buru. Aku nyaris berlari masuk ke dalam Dorm dan ketika aku sudah masuk kedalam lift, langsung saja tanganku dengan cekatan menekan angka 11.

Memangnya apa yang di lakukan Amber di Dorm sampai Wookie hyung menelponku dengan panik. Tadi malam aku baru saja tiba di Seoul dan  menginap di apartement Kim karena pagi ini kami akan bertemu kenalan Kim, seorang penyanyi pendatang baru di Amerika yang ingin mengajakku dan Kim bekerja sama. Aku keluar dari lift yang pintunya sudah terbuka dan berjalan dengan cepat. Ketika aku sudah berada di depan pintu, langsung saja aku membukanya dan mengedarkan pandanganku.

“Hyung!”

Aku berteriak memanggil mencari-cari keberadaan Wookie hyung. Ruang tengah Dorm kelihatan biasa saja dan tidak tampak kalau sudah terjadi kekacauan.

Aku melangkahkan kaki menuju dapur. Aku menduga disana pasti akan ada Wookie hyung karena pagi-pagi begini biasanya ia pasti sedang mempersiapkan sarapan untuk semua hyungdeul ku. Benar saja, aku lihat Wookie hyung sedang sibuk dengan peralatan dapurnya dan wajahku berubah gusar ketika melihat Amber yang sedang dengan santainya memakan bubur dari mangkuk yang ada di depannya.

“Apa maksudmu? Aku tidak menyangka kau akan menggangguku dengan hal tidak penting seperti ini,” ujarku dingin dan duduk di kursi makan tepat di seberangnya.

Amber mendongakkan kepalanya dan tersenyum lebar,”Hanya dengan cara begini aku bisa menemuimu.”

“Kalian sedang bertengkar? Aish segeralah berbaikan. Kekanakan sekali,” terdengar suara Wookie hyung menyelutuk dan tiba-tiba saja semangkuk bubur hangat sudah tersaji di depanku,”Nah, makanlah. Sarapan dengan baik, Henry.”

“Terima kasih hyung,” aku memandang punggung Wookie hyung yang kembali sibuk dengan penggorengan. Aroma masakan memenuhi pantry berukuran lumayan besar ini.

Aku memperhatikan Amber yang menyantap makanannya dalam diam. Aku menyendok bubur yang ada di depanku dan menghabiskannya secepat yang aku bisa. Lagi-lagi bayangan yeoja itu berputar di dalam pikiranku. Yeoja serampangan yang aku temui dua kali dalam rentang waktu seminggu ini.

Mendadak sebuah suara membuyarkan lamunanku.

“Kau tenang saja. Aku sudah mengatakan kepada Daddy untuk membatalkan permintaanku tentang pertunangan kita.”

*

Hyekyo’s POV

“Duduklah disampingku,” Paman Jasson menepuk tempat kosong di bangku yang terbuat dari batu yang di dudukinya. Di sinilah kami, di sebuah pondok kecil yang di buat dari batu pualam putih. Aku melihat dua pusara di tengah bangunan ini.

Dari sini terlihat pemandangan luar biasa indahnya. Aku tidak bisa mendeskripikannya dengan baik namun dengan berada di sini beberapa menit saja, aku merasa beban di pundakku hilang terangkat lepas entah kemana. Aku juga melihat paman Jasson wajahnya berubah menjadi lebih rileks. Ia duduk dengan masih menggenggam tongkat yang ia gunakan untuk berjalan di depannya. Matanya menatap kedua pusara itu dengan mata sendu.

Aku yang sudah duduk di sebelah paman Jasson juga ikut menatap pusara yang hanya berjarak 3 meter di depan kami. Aku merasa kepalaku di usap dengan lembut.

“Kau tumbuh dengan besar lebih cepat dari yang aku bayangkan, Hikari,” kata Paman Jasson,”Aku merasa sudah saatnya aku menceritakan sesuatu hal kepadamu,”

“Aku tumbuh besar seiring waktu yang terus berjalan paman. Aku pasti akan mendengarkan apa saja yang ingin paman ceritakan kepadaku,” aku memandang ke arah Paman Jasson. Aku sedikit tersentak melihat wajah tua itu. Keriput menyelimuti setiap guratan wajahnya. Apa yang terjadi semalam hingga merubah Paman Jasson seperti ini?

“Aku akan menceritakan kisah hidupku kepadamu, Hikari,” Paman Jasson berdehem dan menarik nafas cukup lama. Aku mendengar bunyi mengi dari hembusan nafas yang ia keluarkan.  Apa Paman Jasson sedang sakit parah? Di dalam kepalaku berputar banyak sekali pertanyaan.

“Kau ingatkan dimana pertama kalinya kau bertemu denganku?”

Sekelebat kenangan itu terbersit kembali di benakku.

FLASHBACK

DOOR!

Aku mengusap airmataku dengan cepat dan di terangi lampu jalan yang terang menderang, aku melihat pemandangan yang sangat mengerikan di depanku. Beberapa orang bergelimpangan tersungkur dijalan dengan darah berceceran keluar dari kepala maupun tubuh mereka. Seorang pria asing bertubuh besar terlihat sedang berkelahi dengan sengit dengan dua orang yang menyerangnya bertubi-tubi. Aku mundur perlahan kebelakang dan berdiri merapat di tembok gedung besar di sebelahku.

Tiba-tiba saja pria asing itu jatuh tersungkur, ketika salah satu dari penyerangnya menodong pistol ke arah kepalanya, tangan pria asing itu dengan cepat menarik salah satu kaki dari penyerangnya sehingga pelatuk pistol itu terlepas begitu saja dan mengenai penyerang kedua yang berdiri di depannya. Langsung saja pria asing bertubuh besar itu berdiri dan menghempaskan tubuh penyerang pertama ke tanah. Aku mendengar suara lebam yang sangat keras. Sepertinya tulang dari penyerang pertama itu remuk.

Tubuhku merosot ke tanah dan terisak tanpa suara. Aku sangat ketakutan. Baru beberapa jam yang lalu aku berhasil lolos dari kejaran pria berjaket hitam yang datang mendadak datang ke rumahku. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri Appa dan Eomma ditembak dan tergeletak tidak bernyawa dan sekarang aku harus melihat hal yang sama kembali?

Aku menutup wajah dengan kedua tanganku,”Eomma.. Appa…”

“Hey nak, apa yang kau lakukan di sini?” sebuah suara berat menegurku,”Ini sudah larut malam. Sebaiknya kau segera pulang ke rumahmu.”

Aku mendongakkan kepalaku dan mendapati pria asing bertubuh besar itu sudah berdiri di depanku. Ia menunduk dan menatapku dengan tatapan menusuk.

“Ahjusshi.. a-aku ti..hiks..dak bisa pu-lang ke.. ru-mah..” jawabku dengan terisak.

“Kau jangan menangis nak. Di sini tidak aman. Sebaiknya aku antar kan kau pulang,” Pria asing itu berbahasa korea dengan fasih, lantas menarik tanganku dengan tangangnya yang besar itu. aku menolak untuk berdiri dan masih tetap bersikukuh diam di tempatku.

Aku merasakan tubuh terangkat dan pria asing itu ternyata menggendongku.

“Berapa umurmu nak?” tanyanya.

“12 tahun, Paman.”

“12 tahun? Kau sangat kurus sekali untuk anak seumuran denganmu.”

“Nah kemana aku harus mengantarkanmu, nona cilik?”

“Paman, aku melihat paman sangat pintar dalam berkelahi. Paman mau mengajariku?”

“Bantu aku membalas dendam ya, Paman?”

Tubuhku mendadak di turunkan kembali ke jalan dan pria asing itu menatapku dengan wajah bertanya.

“Hey nak, darimana kau memiliki inisiatif seperti itu? Dan apa maksudmu dengan membalas dendam?”

Airmataku kembali mengalir dengan deras. Bola mata pria asing ini sangat mirip dengan Heechul oppa. Ketika aku berlari keluar, aku mendengar teriakan Heecul oppa dari dalam rumah. Aku sangat merasa bersalah karena tidak dapat menolongnya.

“Oppa.. Heechul oppa..”

FLASHBACK END

*

Author’s POV

“Saat itu aku melihat kau pertama kali, aku seperti melihat anakku terlahir kembali, Hikari,” hening sejenak di antara pria besar paruh baya dan yeoja yang duduk bersamanya itu,”Aku tidak pernah menyangka pekerjaanku akan menyeret keluargaku kedalam masalah yang lebih besar, terutama kematian.”

Yeoja bernama Hikari itu sedikit tersentak kaget dan menoleh ke arah pria parah baya yang tak bukan adalah ayah angkatnya.

“Yang aku bunuh saat itu adalah suruhan seseorang yang membantai istri dan anakku hanya dalam hitungan detik,” tuturnya,”Sebelumnya terjadi pembajakan pesawat di Incheon dan aku yang kebetulan baru saja pindah bertugas ke Kepolisian Negara Korea ini mendapat tugas untuk menangkap para pembajak itu bersama beberapa orang dari departemen intelejen.”

“Saat itu kami berhasil menggagalkan penyelundupan obat terlarang terbesar selama 20 tahun terakhir di dalam pesawat yang dibajak. Kau dapat membayangkan kan berapa kerugian yang akan di derita boss penyelundup saat itu?”
Hikari mengangguk, pria asing itu kemudian melanjutkan kisahnya.

“Ketika kami sedang terlalu sibuk mengintrogasi para pembajak untuk mengetahui siapa dalang dari semua itu. Aku kembali kerumah keesokan harinya dan mendapati istri dan anak ku bersimbah darah di apartement kami,”

“Aku membaca secarik kertas yang di tinggalkan pembunuh dan dapat kau tebak, aku memenuhi keinginannya. Bertemu langsung secara empat mata dengan boss mereka,” suara pria paruh baya itu terdengar mulai bergetar,”Dan ternyata aku di jebak.”

“Tidak ada  boss mereka di sana, hanya ada beberapa orang suruhannya yang  ternyata menyerangku bertubi-tubi. Aku menjadi kalap dan membunuh mereka semua. Setelah itulah aku bertemu denganmu, Hikari.”

“Paman.. Maaf..” Hikari menunduk dan meremas ujung jaketnya dengan gelisah.

“Tidak. Untuk apa kau meminta maaf? Bertemu denganmu seperti mendapat keajaiban dari Tuhan untuk menebus dosa yang aku perbuat kepada istri dan anakku, Summer..”

“Summer?”

*

Hyekyo’s POV

“Summer?”

Nama yang indah.

“Ya. Anakku saat itu juga berusia 12 tahun sama sepertimu. Namanya Summer, karena ia lahir di awal musim panas,” Paman Jasson terdengar menghela nafas untuk kesekian kalinya,”Dan dua pusara yang ada di depan kita ini adalah pusara anak dan istriku.”

Aku memandang dua pusara yang terbuat dari pualam putih itu. Setelah sekian lama, akhirnya aku mengetahui kehidupan masa lalu dari Paman Jasson. Aku tidak pernah berani bertanya kepadanya dan ia pun sangat tertutup. Walaupun selama ini Paman Jasson sudah membesarkanku dengan sangat baik dan mengajari banyak hal. Aku tidak pernah menyangka ia memiliki kenangan yang begitu buruk sama sepertiku. Aku hanya pernah satu kali melihat Paman Jasson kedatangan tamu di rumahnya dan itu pun hanya sebentar, sang tamu pulang dengan raut wajah kesal ketika aku berpapasan dengannya sambil membawa cangkir minuman yang akan di suguhkan untuknya.

“Lantas apa yang terjadi kemudian paman?” tanyaku hati-hati,”Bukankah saat itu paman memungutku dan apakah boss penyelundup itu di tangkap?”

“Tidak. Aku mendengar boss penyelundup itu bunuh diri dengan menekan pelatuk pistolnya sendiri. Tapi aku tidak pernah percaya dengan Dokter Forensik yang mengotopsinya. Benar saja, kemarin aku akhirnya bisa berhasil membunuh boss penyelundup itu dengan tangan ku sendiri,”

“Karena itulah aku menyuruhmu berangkat ke Kanada, Hikari,”

Aku mengerjapkan mata dan mendadak tubuhku melemas,“Ja-jadi s-selama ini p-paman…”

“Ya. Hanya aku sendiri yang menentang hasil otopsi itu di Pengadilan namun Departemen tidak ada yang mendukungku sama sekali. Mereka menyebutku mengalami gangguan kejiwaan dan aku memutuskan keluar dari kepolisian,” Paman Jasson menuturkan semuanya seolah-olah semua kejadian itu baru terjadi baru saja. Ia hafal tiap detailnya. Sangat bisa di tebak kejadian itu masih melekat erat di ingatannya,”Aku tidak peduli. Karena itulah aku selama ini bertahan dan terus mencari kejelasan tentang kasus itu dan akhirnya semua penantianku itu membuahkan hasil,”

“Hikari, kau tidak perlu menduga macam-macam darimana selama ini aku mendapatkan uang untuk memenuhi kehidupan kita berdua. Aku memiliki sebuah tambang emas di Texas dan dari situlah pundi-pundi uang mengalir untuk kebutuhanku. Tambang itu tidak lama lagi akan aku berikan untukmu,”

“Apa maksud paman??” aku nyaris berteriak mendengar perkataan terakhir yang keluar dari mulut Paman Jasson,”Paman tidak meninggalkanku kan?? Paman, hanya paman satu-satunya keluarga yang aku miliki di dunia ini!”

Aku sudah menatap Paman Jasson dengan tatapan mata memohon,”Aku mohon paman..”

Paman Jasson terkekeh kecil,”Aku tidak mengatakan seperti itu bukan? Hikari, belajarlah mengendalikan emosimu.”

“Nah ini,” Paman Jasson mengeluarkan sebuah amplop cokelat dari balik jaket kulitnya,”Buka lah.”

Aku mengulurkan tanganku dan membuka isi amplop itu.

“Semua itu adalah berkas berisi identitas baru untukmu. Paspor, Visa, semuanya.. Kau akan menyamar menjadi sekretaris pribadi Joseph Liu. Lakukanlah semuanya dengan baik, Hikari,” aku mendengar suara Paman Jasson melemah. Aku kembali mendengar suara nafas mengi dan batuk keluar dari mulutnya.

“Paman, kau tidak apa-apa?” aku sudah berdiri dan memegang pundak Paman Jasson dengan panik.

“Aku tidak apa-apa,” Paman Jasson tersenyum lebar hendak memamerkan deretan gigi putihnya namun bukan warna putih yang aku lihat namun darah yang menyelimuti deretan giginya. Paman Jasson baru saja batuk darah.

“Paman, kita ke rumah sakit!” aku mengalungkan tangannya di pundak ku dengan panik,”Paman akan baik-baik saja. Percayalah!”

Paman Jasson menurunkan tangannya dan menggenggam tanganku. Ia menuntunku kembali duduk.

“Aku memang sudah waktunya pergi, Hikari,” ujarnya masih tersenyum. Ia terlihat sangat manusiawi. Airmataku yang 10 tahun terakhir tidak pernah keluar akhirnya mengalir di pipiku.

“Dendamku sudah terbalas dan aku bisa pergi dengan tenang bersama Mary dan Summer..” suara itu terdengar semakin lirih.

“Semoga berhasil, Shin Hyekyo… Aku menyayangimu nak…”

Tubuh itu tiba-tiba ambruk dan terbaring di pangkuanku. Aku terdiam mematung dan dengan tangan gemetar, aku menyentuh wajah Paman Jasson yang mulai membiru. Untuk pertama kalinya Paman Jasson mengucapkan nama asli ku.

“Arsenik…” aku bergumam lirih.

Seharusnya aku menyadari racun itu. Paman Jasson memang terlalu pintar untuk bisa aku lampaui. Wajah itu terlihat seperti sedang tidur dengan tenang dan mengisyaratkan tempat ini adalah tempat peristirahatan terakhir untuknya.

“Aku berjanji paman.. Aku berjanji..  Seperti halnya paman, aku akan menuntaskan dendamku..”

*

Di sinilah aku. Aku bersetelan rapi berwarna putih dengan rambut panjangku, aku ikat tinggi di belakang. Aku mengetuk pintu singkat. Terdengar suara dari dalam menginzinkanku untuk masuk.

Aku menekan kenop pintu dan masuk ke dalam.

“Ah, akhirnya kau datang. Banyak hal yang harus kau lakukan sebagai sekretaris baruku.”

“Baik, Tuan. Saya siap menjalankan semua tugas dari anda, Mr. Joseph Liu.”

TBC

Next aku usahakan cepat. Gak terlalu banyak konflik ya? Di level ini emang lagi mau ngejelasin sedikit masa lalunya Hyekyo dan Paman Jasson. Aku sudah ngebunuh satu cast di FF ini, nah siapa yang menjadi korban selanjutnya? Haha mari kita lihat.
-Hyekyo Lau

Tags:

About Henbaby

Henry Lau's heart beat | My whole life is Henry ♡

23 responses to “THE FAKE – 3th level”

  1. cizziekyu says :

    Haha. Summer is a cute name, isn’t it? That’s why I use it as my new fict’s OC…

    And oh, I have some problem w/ my fict title >.<

    I imagine Amber as a feminine and spoiled girl here wkwkwk

    • HenBaby says :

      ne, cute name and that’s reason for me for used it 😛

      Huahahahaha you already made tittle my fict, so why you felt have a problem wth ur tittle? Make it slow. Deadline still is so long, kyuhyun’s wife!

      wkwkwkwk let’s me crush the Amber image.. poor me but i love it!! *evil laugh*

  2. Hyora Kim says :

    yaannn…
    Makin keren aja..
    Aku sampe bingung mw komen apa..
    Hyekyo jdi skretaris joseph liu? Wah.. Wah.. Apakah yg bkal t’jdi?
    Ditunggu part slanjutnya ya..
    Hwaiting!

    • HenBaby says :

      Iya eonnie.. gomaweo.. lanjutannya ntar aku habis ujian ya.. in masih sibuk soalnya, mianhae.. malah publish the fake sebulan sekali >.<

      huahahaha apa yang terjadi masih rahasia.. tungu ya eon ^^ gomaweo pengertiannya~

  3. Cho Miara says :

    henry sm hyekyo mulai saling tertarik y…
    Sumpah aku malah ngebayangin amber jd feminim dsini… Kurang maco gmn gtu wkwk

    Dan gk nyangka kisah hidup hyekyò sm paman jasson kelam bgt dah…
    Makin seru nih… Ditunggu next part ya… Hehe

    • HenBaby says :

      huahahahaha aku senang bikin amber nista di FF ini *ketawa setan*

      baguslah.. aku emang mau bikin dia sedikit peminim 😛

      iya.. sabar ya chingu nunggu kelanjutannya ^^

  4. kim nara says :

    jadi amber bnrn pcrn ama henry,,ckck
    Pcrn ama hyekyo kpn neh?
    Crtana tmbh seru..bikin penasaran

    • HenBaby says :

      iya, di sini Henry pacaran ama Amber.. huahahaha ga tau kapan pacaran ama Hyekyo nya soalanya di sini ada Jaejin sih.. tu namja imut banget buat di lewatin gitu aja *di injek reader*

      ne, gomaweo ^^

  5. ang11rach says :

    Hweeee
    ∂ķΰ aga lupa nih cerita yg kmrn
    Tapi ini bagus kok
    Semangat yaan!!!
    ‎​;)hє^_^hє;) ..;)hє^_^hє;) ..

    • HenBaby says :

      Huahahaha mianhae eonnie.. mungkin karena kelanjutannya yang lama banget makanya eonnie ampe lupa 😀

      ne ne.. moga bisa nulis yang lebih bagus lagi.. gomaweo eon ^^

  6. hgks11 says :

    kyaaaaa eonni >.<

    aku merinding bacanya pas si paman jasson meninggaaaaal~~ huwaaaaa~~

    lnjt eon! jgn lama lamaaaaaaa
    penasaran kelanjutannya ;3

    • HenBaby says :

      merinding? berarti feelnya dapet dong?? huaaaa seneng!!

      iya sayang.. aku usahakan cepat kelanjutannya.. aku mau ujian nih.. ntar habis ujian kelar..

  7. kim ririn says :

    waaa,,, terharu waktu jasson meninggal T.T
    hyekyo dendam sama appanya henry ya???
    duuuh,,, agak2 upa ceritanya 😀 mian
    tp ttp bagus koq thor…hhe

    • HenBaby says :

      Ne, jangan sedih ya.. Paman Jasson emang harus udahan disini *ngelus kepala Ririn*

      Bukan, hyekyo dendam ama appa nya amber.. joseph liu..

      ne, gomaweo~

  8. hyukbumnik says :

    aku kira tadinya paman tuh temen papa nya hikari taunya mereka kenal dijalan
    emang heechul knp sh? padahal kan dia laki laki.
    pamannya bunuh diri, yakan? pake racun arsen. .
    jd gasuka amber disini hidiiih

    • HenBaby says :

      Hahahaha bukanlah.. cuma ketemu di jalan doang dan untungnya paman jason itu baik 😀

      Heechul? ntar deh di next part aku ceritain.. iya.. paman jasonnya bunuh diri, kan tujuannya bertahan hidup udah tercapai..

      reader baru kan? gomaweo udah baca dan mampir ya ^^

  9. Rini Susanti says :

    aku ru ja selesai baca dari part satu onn..
    n baru ngeti pas di part ke tiga ini..
    makin penasaran sama cerita selanjut’a..
    di tunggu next part’a onn..

    • HenBaby says :

      Haha iya gpp.. udah mampir dan baca aja udah makasih banget..

      Ne, aku lagi ujian jd ntar kalo waktuku udah free aku nulis lagi.. sabar menunggu ya..

  10. Lee Hae Ra says :

    Ohh, jadi Jasson ayah angkat hyekyo :O

    Beneran, ini kenapa ada Henry-Amber -,,- eonni, jadi disini Hyekyo mau bales dendam sama Joseph Liu atau sama Amber (?) *PLAK!* eon, keren banget! Daebak!!!

    Lanjutannya ditunggu ^o^ Fighting !!! :3

  11. Onye says :

    ditunggu Onn Fake 4nya 😀

Trackbacks / Pingbacks

  1. THE FAKE – 4th level | LAUISM FANFICTION - 19/03/2012

Leave a comment